Skip to main content

Penobatan Raja Gowa ke-37


 
Sultan Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung Brigjen Pol Drs Edward Syah SH MH menyatakan kebesaran Kerajaan Gowa melalui Raja Gowa ke-37 kembali menunjukkan contoh ahlak dan keberadaban yang sangat baik tanpa melakukan hal buruk sekalipun bertentangan dengan sikap Pemerintah Kabupaten Gowa.

Kalangan keluarga keturunan dan kerabat Raja Gowa tidak timbulkan permusuhan walaupun tidak diberi tempat atau tidak diizinkan melakukan prosesi pengukuhan penobatan Raja Gowa ke-37 di Istananya sendiri "Balla Lompoa" di Sungguminasa, Gowa, Sulawesi Selatan.

Hal itu dikemukakan Raja Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Lampung  yang bergelar Sultan Sekala Brak XXIII Brigjen Pol Edward Ssyah mewakili Raja se-Nusantara saat resepsi pengukuhan penobatan Raja Gowa ke-37 I Maddusila Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II serta pengukuhan Lembaga Adat Daerah yakni Dewan Adat dan Pemangku Adat dari Kerajaan Adat Gowa di salah satu hotel internasional di Makassar, Minggu, 29 Mei 2016. Sultan Sekala Brak hadir bersama Putra Mahkota Kerajaan Pangeran Alprinse Syah Pernong. "Sebagai Kerajaan Adat, kita tidak inginkan perselisihan yang panjang, melainkan kita inginkan perdamaian yang panjang, karena kita adalah pilar persatuan Indonesia," kata Raja dari Lampung.

Menurut Sultan Sekala Brak XXIII Edward Syah Pernong, Raja Gowa ke-37 pengukuhan penobatan sebagai Raja sudah sah karena sudah memakai semua perangkar Raja yaitu Salokoa (mahkota emas murni seberat 2,5 kilogram), Sudanga (Pedang sakti), Keris Pusaka dan Ponto Jangang Jangang (gelang raja). Semoga pengukuhan ini amanah.

Raja Gowa ke-37 I Maddusila Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II mengatakan acara pengukuhan di Balla Lompoa tidak memperoleh izin pemerintah setempat dan Istana Balla Lompoa sejak 25 sampai 30 Mei digunakan Bintek oleh 1.000-an Satuan Polisi Pamong Praja.

Prosesi adat tradisional tetap harus dilakukan, ujarnya dan melanjutkan dengan bantuan Allah, 28 Mei pukul 16.00 Wita dirinya dan Dewan serta Pemangku Adat dalam jumlah sangat terbatas berhasil masuk ke Balla Lompoa tanpa diketahui dan tanpa terlihat 1.000-an Satpol PP yang berjaga.

Lalu, lanjutnya, pengukuhan penobatan berdasarkan kesepakatan keluarga kerajaan 16 April 2016 serta surat keputusan Lembaga Adat dilakukan jam 20.00 Wita dengan pemasangan Mahkota Salokoa, Pedang Sakti, Keris Pusaka serta Gelang Kerajaan. setelah prosesi selesai, rombongan meninggalkan Balla Lompoa juga tanpa sepengetahuan dan tanpa terlihat Satpol PP tersebut, sehingga terhindar dari bentrokan fisik.

Semua foto prosesi pengukuhan penobatan ditayangkan pada layar besar saat resepsi pengukuhan penobatan raja serta dewan dan pemangku adat Kerajaan Adat Gowa.

Kerajaan Gowa adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara dan sejarah telah mencatat ketangguhannya dalam berperang melawan penjajah, namun zaman sekarang sudah berbeda, kerajaan adat adalah pilar perdamaian dan kami akan memberi contoh peradaban yang benar dari kearifan lokal kepada masyarakat dan pemerintah, ujar Patta Nyonri, panggilan akrab Raja Gowa ke-37.

Kebesaran Kerajaan Gowa dahulu dibenarkan Raja Lampung Edward Syah yang mengatakan Raja Gowa Sultan Hasanuddin diberi gelar pada zaman penjajah sebagai "Ayam Jantan dari Timur".

Dari timur itu, maksudnya dari dunia bagian timur, bukan Indonesia timur, sebab saat itu belum ada Indonesia, sekaligus membuktikan ketangguhan Sultan Hasanuddin di mata Belanda.

Menurut salah seorang kerabat Kerajaan Adat Gowa, Ugi Andi Tau, disharmonis antara Bupati Gowa dan Kerajaan Adat Gowa terjadi setelah pihak kerajaan menolak salah satu pasal rancangan Perda Lembaga Adat Daerah yang akan menjadikan secara otomatis Bupati Gowa menjadi Raja Gowa.

Sebab umum mengetahui, Raja hanyalah keturunan raja (bangsawan) bukan karena penguasa lalu otomatis menjadi raja, ujarnya, sehingga semua kegiatan kerajaan adat Gowa mendapat hambatan termasuk pemakaian Istana Balla Lompoa untuk pengukuhan penobatan Raja tidak diizinkan, padahal bangunan istana maupun tanah tempat bangunan tersebut adalah tanah keluarga kerajaan dan dibangun oleh kerajaan, sehingga harusnya kerajaan memiliki hak atas rumahnya sendiri.

Namun dengan kearifan yang tinggi serta peradaban yang baik, kami alihkan secara mendadak resepsi pengukuhan penobatan ke Hotel di Makassar dan hanya menggunakan prosesi disesuaikan ruangan hotel seperti mengantar raja dengan payung kebesaran yang didampingi pasukan tradisional dengan badik terhunus masuk ke tempat acara.

Selain kerajaan nusantara, hadir pula utusan kerajaan dari Singapura, Raja Singapura Tengku Sawal, Mantan Gubernur Sulsel, Mayjen (Purn) HM Amin Syam, perwakilan Kerajaan Datuk Soppeng Dr Ir Majdah M Zain Agus Arifin Nu`mang, Raja Pakualaman Yogyakarta Prabu Suryodilogo dan para raja-raja dan Sultan se-Sulselbar.

sumber : www.antarasulsel.com

Comments

Popular posts from this blog

Dua Bangsawan Sekala Brak Mendapat Promosi Jabatan di TNI dan POLRI

Masyarakat Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak kembali bersyukur,  karena dua putra terbaiknya mendapatkan amanah yang besar untuk mengabdi pada Negara dan Bangsa. Setelah Brigjend. Pol. Purn. Pangeran Edward Syah Pernong mengabdi menjadi Kapolda di Tanah Lampung,  disusul kemudian  Irjen. Pol. Dang Gusti Dr. Ike Edwin.  Kali ini kehangguman itu berlanjut dengan kenaikan pangkat Atin Tomsi Tohir Balaw yang telah mendapat kepercayaan dari pimpinan Polri berupa promosi jabatan Brigadir Jendral Polisi dengan jabatan baru sebagai Karowassidik Bareskrim Polri.  Teriring Doa kami seluruh keluarga besar semoga selalu Amanah dan dimudahkan serta senantiasa dilindungi Allah SWT dalam tugas yang diemban pada perjalanan karier selanjutnya ke depan. Atin Tomsi bagi kami adalah salah satu putra kebanggaan tanah Lampung, putra sulung dari bapak batin Almarhum H. Kol. CKU M. Tohir Ismail Balaw, SE.MBA., dan Ina Batin Hajjah Maryam Zanariah, BA. binti Pangeran Soehaimi...

Pangeran Alprinse Syah Pernong Hadiri Pengukuhan Guru Besar UNDIP

Prof Eko Suponyono secara khusus mengundang Pangeran Alprinse karena beliau begitu bersahabat, setiap kali profesor ke jakarta, selalu pangeran yang menemaninya makan dan jalan-jalan, juga termasuk kalau ada kegiatan seminar, maupun saat promosi doktor dan profesornya, Pangeran datang ditemani pengasuhnya minan fitri dari Marga Keratuan Way Handak Lampung Selatan,  sampai di semarang disambut Panglima Panggittokh Alam Tanggamus Hengky Ashnari SH, MH, yg seharinya adalah anggota DPR Kab. Klaten, panglima menemani pangeran saat pengukuhan guru besar Prof. Eko Soponyono SH. MH di Universitas Diponegoro. Didalam acara pengukuhannya, pada hari S abtu (9/9/2017),  Prof. Eko Soponyono membacakan orasi terkait hasil penelitiannya dengan judul Hikmah Alquran Dalam Pembaharuan Hukum Pidana Demi Mewujudkan Keadilan Religius. Penelitian Prof. Eko itu terinspirasi penyusunan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang baru untuk menggantikan KUHP peninggalan pemerintah kolon...

PANGERAN SUHAIMI

Pangeran Suhaimi Mengabdi Untuk Negara dan Adat Istiadat Sultan Pangeran Suhaimi Pangeran Suhaimi adalah salah satu putra terbaik dari bumi Lampung, beliau lahir di Kecamatan Belalau Lampung Utara (kala itu) pada tahun 1908, beliau adalah putra Depati Merah Dani atau dikenal Hi. Harmain gelar Sultan Makmur. Pangeran Suhaimi Dimakamkan dalam suatu upacara militer di Taman Makam Pahlawan Kedaton Bandar Lampung. Bertindak sebagai inspektur Upacara adalah Kasi Politik Korem 043 Garuda Hitam Mayor Yusuf, serta dihadiri oleh Sekwilda Alimudin Umar, SH yang mewakili Gubernur Lampung dan juga salah seorang keluarga besar dari Pangeran Suhaimi. Turut hadir juga dalam upacara pemakaman Walikotamadya Drs. Zulkarnain Subing, Ketua DPRD Kodya Bandar Lampung. Adalah Pangeran Suhaimi salah satu putera daerah yang meninggalkan jejak pengabdian untuk tanah Lampung, baik selaku abdi masyarakat dalam pemerintahan begitu juga sebagai pejuang dalam pertempuran melawan penjajah. Selain i...