Pangeran Suhaimi Mengabdi Untuk Negara dan Adat
Istiadat
![]() |
Sultan Pangeran Suhaimi |
Pangeran
Suhaimi adalah salah satu putra terbaik dari bumi Lampung, beliau lahir di
Kecamatan Belalau Lampung Utara (kala itu) pada tahun 1908, beliau adalah putra
Depati Merah Dani atau dikenal Hi. Harmain gelar Sultan Makmur. Pangeran
Suhaimi Dimakamkan dalam suatu upacara militer di Taman Makam Pahlawan Kedaton
Bandar Lampung. Bertindak sebagai inspektur Upacara adalah Kasi Politik Korem
043 Garuda Hitam Mayor Yusuf, serta dihadiri oleh Sekwilda Alimudin Umar, SH
yang mewakili Gubernur Lampung dan juga salah seorang keluarga besar dari
Pangeran Suhaimi. Turut hadir juga dalam upacara pemakaman Walikotamadya Drs.
Zulkarnain Subing, Ketua DPRD Kodya Bandar Lampung.
Adalah
Pangeran Suhaimi salah satu putera daerah yang meninggalkan jejak pengabdian
untuk tanah Lampung, baik selaku abdi masyarakat dalam pemerintahan begitu juga
sebagai pejuang dalam pertempuran melawan penjajah. Selain itu, Pangeran
Suhaimi juga mengemban amanah sebagai pemuka masyarakat adat pemimpin (Sai
Batin / Sultan) di Sekala Brak Kepaksian Pernong, beliau yang bergelar adat
Sultan Lela Muda Raja Selalau Sangon Guru Dengian Paksi, Sultan Kepaksian
Pernong juga pernah menjadi Wedana dan selanjutnya sebagai Pejabat Tinggi
Bupati Kantor Gubernur di Tanjung Karang. Tercatat dalam sejarah beliau pernah menjadi
Bupati Perang Lampung Tengah, Wedana Perang Pimpinan perlawanan Rakyat Bukit
Kemuning Front Utara dan pada masa revolusi membentuk API (Angkatan Pemuda
Indonesia ) dan masuk TNI sebagai wedana perang di Lampung Utara, beliau juga sebagai
Bupati Perang dan bergerilya di daerah Lampung Tengah dan Lampung Selatan.
Pangeran
Suhaimi pensiun sebagai Bupati / Pegawai Tinggi Kotaprajaan pada Kantor
Gubernur Lampung pada november 1967. Karier beliau dibidang pemerintahan
dimulai sejak berhenti dari TNI AD dengan Pangkat Letnan II dan diangkat
sebagai Camat Bukit Kemuning Lampung Utara, jabatan camat yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat ternyata menjadi spesialisnya, terbukti dengan
diangkatnya Pangeran Suhaimi untuk menjadi camat di Pekalongan, Jabung,
Wonosobo, Gedong Tataan, Panaragan, Pakuwon Ratu ( Lampung Utara ). Di daerah
pesisir bagian barat beliau menjabat Camat Klas 1 dan Camat Pesisir Selatan, kemudian
menjadi Wedana Krui. Pernah pula menjadi wedana Ogan Ulu Baturaja, kemudian
selaku Wedana di Kantor Residen Lampung.
Dengan
surat Keputusan Residen Lampung tanggal 13 Desember 1949, Pangeran Suhaimi
diangkat sebagai Akting Wedana dan Akting Bupati Lampung Tengah, beliaulah yang
menerima penyerahan daerah atau wilayah Lampung Tengah dari tangan Belanda
tanggal 15 Desember 1949. Karier beliau dipemerintahan terus meningkat sesuai dengan
pengkatan Mentri Dalam Negeri melalui SK No. UP. 7/138 – 265 menjadi Patih /
Ahli Tatapraja TK.1 dan dilanjutkan dengan SK No. UP. 7/4.14-49 menjadi Bupati
/ Pegawai Tinggi Ketataprajaan pada Kantor Gubernur Lampung sampai pensiun pada
bulan Desember 1967.
Karie
Militer Almarhum dimulai ketika menjadi Pasirah di Batu Brak / Liwa, karena
pada saat itu juga ia mengepalai Laskar API di Batu Brak. Karena jiwa
perjuangannya, Komandan Resimen IV Divisi I mengangkatnya menjadi Letnan II dan
diberi tugas sebagai Kastal Batlyon I Resimen IV di Baturaja. Sebulan kemudian
Pangeran Suhaimi dipindahkan ke Krui dan untuk pertama kalinya membentuk
Batalyon III. Pertengan Tahun 1946 Pangeran Suhaimi pindah ke Batalyon IV Liwa
sebagai Kastaf, kemudian Kastaf Batalyon III di Martapura dan Staf Resimen XII
Baturaja, sampai kemudian mengundurkan diri pada bulan maret 1947 untuk meneruskan
karirnya di Kepamong Prajaan.
Selama
Perang Kemerdekaan II, Pangeran Suhaimi ikut bersama Sembilan pasukan yang
berkantor di Kewedanaan Sukadana Lampung Tengah, menurut catatan beliaulah satu
satunya Camat/ Wedanan yang tidak pernah meninggalkan tugasnya dan tidak pernah
menyerah, serta selalu bergerilya bersama TNI dan pasukannya.
Tanda
Jasa dan Penghargaan
Selain
surat Tanda Pahlawan dalam perjuangan Gerilya, Satya Lencana Perang Kemerdekaan
I dan II, Satya Lencana dalam ikut menumpas G.30 S/PKI, beliau juga mendapat
bintang perak dari Gubernur Hindia Belanda atas jasanya menolong rakyat dari
musibah gempa bumi tahun 1933, dan surat penghargaan dari Panglima Balatentara
Dainipon di Palembang karena membantu dalam perang Asia Timur Raya tahun 1944.
Dari
Residen Bengkulen, Pangeran Suhaimi mendapat titel Pangeran, Hadiah Tongkat
serta Kancing Emas karena jasanya membuat banyak jalan baru serta menambah luas
persawahan rakyat. Penghargaan Lain berupa Tanda jasa diberikan oleh Panglima
TT.II Sumatra Selatan.
Atas
jasanya untuk negara Pangeran Suhaimi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bandar
Lampung bersama tiga puteranya yang mengikuti jejak kepahlawanan, ketiga putra Pangeran Suhaimi itu adalah
Pangeran Maulana Balyan, Abdoel Moeis, Mayor AU. Moh. Bunyamin . Selain
itu keluarga besar Pangeran Suhaimi yaitu Pahlawan Akmal
juga dimakamkan di TMP Baturaja Sumatera Selatan, dan anak dari Pahlawan Akmal
yaitu Letkol A Zawawi dimakamkan di TMP Karet Jakarta.
Keturunan Pangeran Suhaimi
Saat ini keturunan beliau selaku Abdi
Negara di antaranya adalah Brigjend. Pol. Pangeran Edward Syah Pernong SH. MH.
dan Brigjen. Pol.Ike Edwin SH, MH. Keduanya Putra Lampung pertama kali yang
pernah menjabat Kapolda Lampung, Kombes.
Pol.Tomsi Tohir Balau, Kombes. Pol. Ulung Sampurna Jaya, Letkol. CHK Zulkifli
Moeis SH., Letkol. Topri Tohir Balaw SE, S.Sos. dan lainnya.
Keturunan Pangeran Suhaimi yang mengabdi
dibidang lainnya adalah dr. Chairul Muluk, dr. Emilia SPPk, MKes., di bidang
jurnalistik Hj. Syamsiar Sifarolla BA, sedangkan di bidang keilmuan di
antaranya DR. Erlina Rufaidah M.Si dan DR. Muhammad Harya Ramdhoni Julizaryah.
Seluruh anak keturunan beliau adalah penerus perjuangan untuk mengabdi pada
masyarakat dan Negara serta tak lupa pada Bumi Sekala Brak tanoh Asal Usul
Lampung.
Pangeran
Suhaimi telah meninggalkan jejaknya pada sebagian besar wilayah Lampung, beliau
mengabdi pantang menyerah, jiwa kepemimpinannya dalam membina masyarakat
membuat beliau dipercaya menjadi wedana dan camat dibanyak tempat, jiwa patriotnya untuk selalu berjuang
mencapai kemerdekaan NKRI. Setelah kemerdekaan di proklamirkan 17 Agustus 1945
maka tugas selanjutnya adalah menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia ini, kita sebagai generasi penerus hendaknya meneruskan semangat perjuangan
para pahlawan..
Comments
Post a Comment