![]() |
Paduka Yang Mulia, Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan ke XXIII bersama Raja Gowa, I Maddusila Daeng Manyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II |
Menanggapi
polemik yang terjadi di Istana Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan terkait perusakan brankas benda-benda pusaka kalompoang Kerajaan Gowa pada 12 September 2016, Sultan
Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung SPDB Brigjen. Pol. Edward Syah
Pernong, SH.MH sangat menyayangkan terjadinya tindakan perusakan didalam
Istana.
Menurut Sultan Sekala Brak, hal tersebut sangat tidak beradab, karena istana adalah salah satu simbol kebudayaan dari masyarakat Kerajaan Gowa yang seharusnya dihormati dan dijaga dengan kasih sayang.
“ Adat istiadat ini mengajarkan kita kesantunan bukan justru melakukan tidakan merusak tatanan,” terang Sultan Edward Syah Pernong.
Menurutnya, keberadaan Kesultanan dan Kerajaan yang ada di Nusantara ini sejatinya mendukung seluruh program pemerintah pusat maupun daerah, khususnya program yang memiliki dampak positif bagi pelestarian adat istiadat serta seni budaya daerah.
Selain itu juga Raja dan Sultan memimpin kerajaannya, membina masyarakatnya demi tercapai perdamaian ditengah masyarakat.
Peran itulah yang telah diwariskan oleh nenek moyang sejak dahulu, bahkan jauh sebelum Indonesia Merdeka, Raja dan Sultan telah dahulu mengambil peran bersama masyarakat untuk terus menerus menjaga tatanan adat istiadat secara turun menurun.
Tak jarang para Raja dan Sultan mendedikasikan perjuangan demi tegaknya NKRI. Oleh karena itulah, sudah selayaknya bagi para pemegang kekuasaan politik yang ada didaerah khususnya di wilayah Kerajaan Gowa agar tidak merusak tatanan adat yang telah diwariskan dan dijaga secara turun temurun oleh para pewaris yang hak.
Ikatan persaudaraan antara Kerajaan Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung dan Kerajaan Gowa terus terjalin, baik dalam silaturahmi khusus antar dua Kerajaan tersebut, maupun dalam forum silaturahmi Nasional Raja dan Sultan se-Nusantara, sebagai upaya merekatkan kebhinekaan demi perdamaian di bumi Nusantara ini.
Oleh karena, tindakan merusak istana menunjukkan tindakan yang tidak menghormati simbol keagungan kebudayaan Gowa, dan lebih dari itu tindakan tersebut mencederai salah satu simbol kebudayaan nusantara.
Terkait pembobolan paksa Istana dan pembongkaran ruang penyimpanan pusaka Kerajaan Gowa, Sultan Edward Syah Pernong dengan tegas menyampaikan.
“ Saudara-saudaraku di Kerajaan Gowa jangan pernah takut, mari kita jaga adat istiadat kita, pasukan Putting Beliung, pasukan Labung Angin, pasukan Penggitokh Alam, para Bahatur dan Panglima Kerajaan, serta para pemberani kerajaan Sekala Brak yang tersebar di penjuru Lampung, dengan Titah Saibatin Puniakan Dalom Beliau, siap untuk bergabung dengan Pasukan Kerajaan Gowa menjaga adat istiadat dan simbol simbol kebudayaan Kerajaan Gowa,” ucapnya.
Menurut Sultan Sekala Brak, hal tersebut sangat tidak beradab, karena istana adalah salah satu simbol kebudayaan dari masyarakat Kerajaan Gowa yang seharusnya dihormati dan dijaga dengan kasih sayang.
“ Adat istiadat ini mengajarkan kita kesantunan bukan justru melakukan tidakan merusak tatanan,” terang Sultan Edward Syah Pernong.
Menurutnya, keberadaan Kesultanan dan Kerajaan yang ada di Nusantara ini sejatinya mendukung seluruh program pemerintah pusat maupun daerah, khususnya program yang memiliki dampak positif bagi pelestarian adat istiadat serta seni budaya daerah.
Selain itu juga Raja dan Sultan memimpin kerajaannya, membina masyarakatnya demi tercapai perdamaian ditengah masyarakat.
Peran itulah yang telah diwariskan oleh nenek moyang sejak dahulu, bahkan jauh sebelum Indonesia Merdeka, Raja dan Sultan telah dahulu mengambil peran bersama masyarakat untuk terus menerus menjaga tatanan adat istiadat secara turun menurun.
Tak jarang para Raja dan Sultan mendedikasikan perjuangan demi tegaknya NKRI. Oleh karena itulah, sudah selayaknya bagi para pemegang kekuasaan politik yang ada didaerah khususnya di wilayah Kerajaan Gowa agar tidak merusak tatanan adat yang telah diwariskan dan dijaga secara turun temurun oleh para pewaris yang hak.
Ikatan persaudaraan antara Kerajaan Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung dan Kerajaan Gowa terus terjalin, baik dalam silaturahmi khusus antar dua Kerajaan tersebut, maupun dalam forum silaturahmi Nasional Raja dan Sultan se-Nusantara, sebagai upaya merekatkan kebhinekaan demi perdamaian di bumi Nusantara ini.
Oleh karena, tindakan merusak istana menunjukkan tindakan yang tidak menghormati simbol keagungan kebudayaan Gowa, dan lebih dari itu tindakan tersebut mencederai salah satu simbol kebudayaan nusantara.
Terkait pembobolan paksa Istana dan pembongkaran ruang penyimpanan pusaka Kerajaan Gowa, Sultan Edward Syah Pernong dengan tegas menyampaikan.
“ Saudara-saudaraku di Kerajaan Gowa jangan pernah takut, mari kita jaga adat istiadat kita, pasukan Putting Beliung, pasukan Labung Angin, pasukan Penggitokh Alam, para Bahatur dan Panglima Kerajaan, serta para pemberani kerajaan Sekala Brak yang tersebar di penjuru Lampung, dengan Titah Saibatin Puniakan Dalom Beliau, siap untuk bergabung dengan Pasukan Kerajaan Gowa menjaga adat istiadat dan simbol simbol kebudayaan Kerajaan Gowa,” ucapnya.
Demi mendukung perdamaian maka Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke 23 mengutus Panglima Elang Berantai untuk berangkat ke Gowa menyampaikan langsung dukungan Kerajaan Sekala Brak terhadap Raja Gowa. ( http://lnews.co/kerajaan-gowa-berselisih-pangeran-edward-syah-pernong-utus-panglima-punggawa/ )
Comments
Post a Comment